22.33 -
Keperawatan Anak
No comments
Askep Hidrosefalus
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS
sehingga menekan jaringan otak. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan
ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus
sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal.
Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak
lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000
bayi, dan kira-kira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan. Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir
dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri
sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang
mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis
berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi
dekubitus.
Mahasiswa
keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan menanggulangi masalah
hidrosefalus dengan student center learning berupa pembuatan makalah dan
diskusi antar teman di kelas.
1.2 Rumusan Masalah
· Bagaimana konsep tentang
hidrosefalus ?
· Bagimana asuhan keperawatan
Hydrocephalus ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memahami konsep dan memberikan
asuhan keperwatan pada klien dengan Hydrocephalus.
2. Tujuan Khusus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
definisi Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
epidemiologi dari hidrosefalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
etiologi Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
klasifikasi Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi
dan pathogenesis Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
manifestasi Klinis Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
penatalaksanaan Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
komplikasi hidrosefalus
· Mahasiwa dapat menjelaskan tentang
prognosis hidrosefalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
Web of Cause Hydrocephalus
· Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
asuhan keperawatan Hydrocephalus
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hidrosefalus
(kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi
akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus
adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis
(Darto Suharso,2009)
Hidrosefalus
adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et
al, 2007:328).
Hidrocephalus
adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus
adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus
adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan
penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika
produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di
dalam sistem Ventricular (nining,2008).
2.2 Epidemiologi
Insidensi
hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh
stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua
jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada
semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.
Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50%
karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor
fossa posterior (Darsono, 2005:211).
2.3 Etiologi
Cairan
Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak
oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang
membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta
nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk
dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran
darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh
susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu
sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal
jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus
20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel
500-1500 ml (Darsono, 2005).
Aliran CSS
normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III,
dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV
dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus
terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan
CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu
banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan
penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat
merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari
biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus
pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari akibat
tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya
lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha
dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system
ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh
darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat
juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul
perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarahnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau
system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis.
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater
dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa
tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar
sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta
lokasisasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik
yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini di
tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di angkat, maka dapat di
lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran buatan atau
pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel
III disebabkan kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal
otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri
(Allan H. Ropper, 2005:360).
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi hidrosefalus bergantung
pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
- Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).
- Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
- Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
- Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus interna menunjukkan
adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran
rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif
menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan
gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus
arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi
ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak primer,
yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di
bagi dua:
- Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi
dilahirkan, sehingga :
- Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil.
- Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada
saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya
trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas.
Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan
otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian
tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat
terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan
prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSS (
Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
tiga bagian yaitu :
1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada
rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel
sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS
tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi
villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan
ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat
terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSS.
Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem
vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam
sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital
pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura
yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan
intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal (
Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar
dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi
serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda –
tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan
ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis,
mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan
ditemukan hubungan tersebut.
|
|
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak
normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu:
- Produksi likuor yang berlebihan
- Peningkatan resistensi aliran likuor
- Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas
adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan
keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel
cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan
hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
- Kompresi sistem serebrovaskuler.
- Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
- Perubahan mekanis dari otak.
- Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
- Hilangnya jaringan otak.
- Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi likuor yang berlebihan
disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari
kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya
mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena
mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga
menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan
intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor
terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari
hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212)
2.6 Manifestasi Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus
tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS
(Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya
hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates
Meliputi
pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak
dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi
samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa
kanak-kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna,
tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri
kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan
jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi
pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai
salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi
standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala
hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
·
Fontanel
anterior yang sangat tegang.
·
Sutura
kranium tampak atau teraba melebar.
·
Kulit
kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
·
Fenomena
‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih
menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya
mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan
pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)
Kepala bisa berukuran normal dengan
fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi
bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan
anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak
orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena
superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis :
terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan
pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim
ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan
jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan
diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan
secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme
ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan
terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Bayi :
1. Kepala menjadi makin besar dan akan
terlihat pada umur 3 tahun.
2.
Keterlambatan
penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak.
3.
Tanda
– tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
4.
Muntah
5.
Gelisah
6.
Menangis
dengan suara ringgi
7.
Peningkatan
sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak
teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
8.
Peningkatan
tonus otot ekstrimitas
9.
Dahi
menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
10.
Alis
mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
11.
Bayi
tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
12.
Strabismus,
nystagmus, atropi optic
13.
Bayi
sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
b. Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial :
1.
Nyeri
kepala
2.
Muntah
3.
Lethargi,
lelah, apatis, perubahan personalitas
4.
Ketegangan
dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
5.
Penglihatan
ganda, kontruksi penglihatan perifer
6.
Strabismus
7.
Perubahan
pupil
2.7 Pemeriksaan diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik,
keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan
diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
a. Hidrosefalus tipe
kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate
dan erosi prosessus klionidalis posterior.
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult
oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan
adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah
fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap
setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter
yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi
sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi
dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih
garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun
waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan
kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras
berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui
fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang
melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan
kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang
tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini
telah ditinggalkan.
5. Ultrasonografi
Dilakukan
melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan
system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada
penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada
pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan
sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III.
Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh
karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis
otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan
magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
2.8
Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada
katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan
diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan
akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
1. Mengurangi produksi cairan
serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau
pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan
cairan serebrospinal.
- Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
- Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
- Drainase ventrikule-peritoneal
- Drainase Lombo-Peritoneal
- Drainase ventrikulo-Pleural
- Drainase ventrikule-Uretrostomi
- Drainase ke dalam anterium mastoid
- Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
- Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
- Pengobatan
modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
a. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke
dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang
berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
b. Internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke
dalam anggota tubuh lain :
·
Ventrikulo-Sisternal,
CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
·
Ventrikulo-Atrial,
CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
·
Ventrikulo-Bronkhial,
CSS dialirkan ke Bronhus.
·
Ventrikulo-Mediastinal,
CSS dialirkan ke mediastinum
·
Ventrikulo-Peritoneal,
CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
2. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
2.9 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi karena
pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi. Malfungsi disebakan oleh
obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus
( jaringan /eksudat ) atau ujung distal dari thrombosis sebagai akibat
dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering menunjukan kegawatan dengan
manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering diikuti dengan status
neurologis buruk.
Komplikasi yang sering terjadi
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis bacterial,
infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP
shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh
reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen
oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
2.10 Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta
prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya anomali yang menyertai,
mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama dengan malformasi
lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis hidrosefalus infatil mengalami
perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika tidak
dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun
penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir
normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70%
diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan
sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus
dengan meningomilokel lebih buruk.
Hidrosefalus yang tidak diterapi
akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari
kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri
atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila
prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005).
Pada kelompok yang dioperasi, angka
kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal
dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak
hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner. (Darsono, 2005)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
- Anamnesa
- Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat
- Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
- Riwayat Penyakit dahulu
c. Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
d. Natal : Perdarahan pada saat
melahirkan, trauma sewaktu lahir
e. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC,
neoplasma
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pengkajian persisten
a. B1 ( Breath ) : Dispnea,
ronchi, peningkatan frekuensi napas
b. B2 ( Blood ) :
Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
c. B3 ( Brain )
: Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat,
pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan
perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”,
kejang
d. B4 ( Bladder ) : Oliguria
e. B5 ( Bowel ) : Mual,
muntah, malas makan
f. B6 ( Bone )
: Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
6. Observasi tanda – tanda vital
a. Peningkatan systole tekanan darah
b. Penurunan nadi / bradikardia
c. Peningkatan frekuensi pernapasan
3.2 Diagnosa,intervensi
dan rasional.
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial
berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal
|
Tidak
terjadi peningkatan TIK
|
·
Kesadaran
Komposmetis
·
Tidak
terjadi nyeri kepala
·
TTV
norma
·
tampak
rileks, tidak meringis kesakitan
|
·
Observasi
ketat tanda-tanda peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah, lethargi, lelah,
apatis, perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat
pada anak berumur 10 tahun, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
strabismus, Perubahan pupil)
·
Pantau
terus tingkat kesadaran anak
·
Pantau
terus adanya perubahan TTV
·
Berkolaborasi
dengan dokter untuk melakukan pembedahan, untuk mengurangi peningkatan
·
Kaji
pengalaman nyeri pada anak, minta anak menunjukkan area yang sakit dan
menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri
sekali)
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi rasa nyeri.
·
Bantu
anak mengatasi nyeri seperti dengan memberikan pujian kepada anak untuk
ketahanan dan memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani dengan baik.
|
·
Untuk
mengetahui secara dini peningkatan TIK
·
Penurunan
keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK
·
Untuk
mengetahui kondisi aliran darah dan aliran oksigen ke otak
·
Dengan
dilakukan pembedahan, diharapkan cairan cerebrospinal berkurang, sehingga TIK
menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis dan tidak terjadi
pembesaran pada kepala
·
Membantu
dalam mengevaluasi rasa nyeri.
·
Pujian
yang diberikan akan meningkatkan kepercayaan diri anak untuk mengatasi nyeri
dan kontinuitas anak untuk terus berusaha menangani nyerinya dengan baik.
|
2
|
Gangguan
persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena
meningkatnya TIK
|
Tidak
terjadi disorientasi pada anak
|
·
Penurunan
visus tidak bertambah lebih parah
·
Anak
bisa mengenali lingkungan sekitarnya
|
·
Mempertahankan
visus agar tidak terjadi penurunan visus yang lebih parah
a. Membantu ADL pasien b. Membantu orientasi tempat c. Berikan tempat yang nyaman dan aman ( pencahayaan terang, bed plang dll dipasang agar tidak cedera )
·
Membantu
pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu
|
·
Ketidakmampuan
dalam penglihatan tidak bertambah parah, klien tidak mengalami disorientasi
tempat, Klien merasa nyaman dan aman
·
Klien
tidak banyak bergantung pada orang lain
|
|
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit
yang di derita oleh anaknya
|
Meningkatkan
pengetahuan orang tua mengenai penyakit yang diderita anaknya
|
·
Kecemasan
orang tua pada kondisi kesehatan anaknya dapat berkurang
·
Orang
tua mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, pengobatan dan perubahan pola
hidup yang dibutuhkan
|
·
Beri
kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kesedihannya
·
Beri
kesempatan orang tua untuk bertanya mengenai kondisi anaknya
·
Jelaskan
tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya.
·
Ulangi
penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
|
·
Keluarga
dapat mengemukakan perasaannya sehinnga perasaan orang tua dapat lebih lega
·
Pengetahuan
orang tua bertambah mengenai penyakit yang di derita oleh anaknya sehinnga
kecemasan orang tua dapat berkurang
·
Pengetahuan
kelurga bertambah dan dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat klien post
operasi
·
Keluarga
dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi
|
|
Resiko
tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks
batuk
|
Jalan
nafas tetap efektif
|
·
Anak
tidak sesak napas
·
Tidak
terdapat ronchi
·
Tidak
retraksi otot bantu pernapasan
·
Pernapasan
teratur, RR dalam batas normal
|
·
Posisikan
klien posisi semifowler
·
Pemberian
oksigen
·
Observasi
pola dan frekuensi napas
·
Auskultasi
suara napas
|
·
Klien
merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas
·
Suplai
oksigen klien dapat tercukupi sehingga klien tidak mengalami hipoksia
·
Untuk
mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas
·
Untuk
mengetahui adanya kelainan suara
|
|
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala
|
Klien
tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
|
Pertumbuhan
dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan
tahapan usia
|
·
Memberikan
diet nutrisi untuk pertumbuhan ( asuh )
·
Memberikan
stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak ( asah )
·
Memberikan
kasih sayang ( asih )
|
·
Mempertahankan
berat badan agar tetap stabil
·
Agar
perkembangan klien tetap optimal
·
Memenuhi
kebutuhan psikologis
|
|
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt
|
Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi ( 3 x 24 jam )
|
·
TD
dalam batas normal
·
Tidak
terdapat perdarahan
·
Tidak
terdapat kemerahan
|
·
Pantau
tanda-tanda infeksi( letargi, nafsu makan menurun, ketidakstabilan, perubahan
warna kulit )
·
Lakukan
rawat luka
·
Pantau
asupan nutrisi
·
Kolaborasi
dalam pemberian antibiotik
|
·
Mengetahui
penyebab terjadinya in
feksi
·
Mencegah
timbulnya ifeksi
·
Asupan
nutrisi dapat membantu menyembuhkan luka
·
Antibiotik
dapat mencegah timbulnya infeksi
|
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan muntah sekunder
akibat kompresi serebral dan iritabilitas.
|
Setelah
dilaksakan asuhan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
|
tidak
terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal, tidak adanya
mual-muntah.
|
·
Pertahankan
kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah makanan.
·
Tawarkan
makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang pada
lambung
·
Atur
agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan pada saat
individu ingin makan
·
Timbang
berat badan pasien saat ia bangun dari tidur dan setelah berkemih pertama.
·
Konsultasikan
dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat.
|
·
Mulut
yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan meninbulkan mual
·
Makan
dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban saluran pencernaan.
Saluran pencernaan ini dapat mengalami gangguan akibat hidrocefalus
·
Agar
asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat
·
Menimbang
berat badan saat baru bangun dan setelah berkemih untuk mengetahui berat
badan mula-mula sebelum mendapatkan nutrient
·
Konsultasi
ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan kebutuhan
kalorinya.
|
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS)
dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
·
Hidrochepalus
komunikan
·
Hidrochepalus
non-komunikan
·
Hidrochepalus
bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak
belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi
penanganan kesehatan pada masing-masing rumah sakit.
2. Saran
Tindakan alternatif selain operasi
diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang mengalami sumbatan didalam
sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.
Daftar Pustaka
Anonymuous,
2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23
Oktober 2010
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses
tanggal 23 Oktober 2010
Anonymuous,
2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS” Blog Penuh Cinta.htm.
Diakses tanggal 23 Oktober 2010
Ropper,
Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
Anonymuous
2010.
http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html
tanggal akses 07 Mei 2012 pukul 18.00
WIB
Anonymuous
,2010 .http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-keperawatan-pada-klien-hidrosefalus-2/.tanggal
akses 07 Mei 2012 pukul 18.15 WIB
0 komentar:
Posting Komentar