07.15 -
Keperawatan Jiwa
No comments
Gangguan Psikiatri Anak
GANGGUAN PSIKIATRIK PADA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang
umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan
jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan
pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998).
Gangguan
hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-Hyperactivity
Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi pada
anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
B. RUMUSAN MASALAH
·
Bagaimana tinjauan teori gangguan jiwa pada
psikiatrik?
·
Bagaimana jenis Gangguan Jiwa Anak-anak?
·
Bagaimana etiologi Gangguan Psikiatrik pada
Anak-anak dan Remaja?
·
Bagaimana penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik pada
Anak-anak dan Remaja?
·
Bagaimana proses Keperawatan Gangguan Psikiatrik
pada Anak-anak dan Remaja?
C. TUJUAN
·
Mengetahui tinjauan teori gangguan jiwa pada
psikiatrik
·
Mengetahui jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
·
Mengetahui Etiologi Gangguan Psikiatrik pada
Anak-anak dan Remaja
·
Mengetahui Penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik pada
Anak-anak dan Remaja.
·
Mengetahui Proses Keperawatan Gangguan Psikiatrik
pada Anak-anak dan Remaja
BAB II
ISI
A.
Tinjauan
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang
tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma
budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi
(Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi,
anak-anak, dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan.
Penyimpangan dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting
adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi retardasi
mental, gangguan perkembangan, gangguan perkembangan, gangguan eliminasi,
gangguan perilaku disruptif, dan gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada
anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan
psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda dengan
orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.
B.
Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak
1.
Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan
masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan
komunikasi.
a.
Retardasi mental.
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan substandar
dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secara
signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan
terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi,
perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam
masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan
bekerja. RM. dibagi :
·
RM ringan IQ = 50 – 70
·
RM sedang IQ = 35 – 49
·
RM berat IQ = 20 – 34
·
RM sangat berat IQ = 20£
Etiologi
·
Faktor Biologik :Kelainan kromosom, kelainan
metabolik, gangguan post natal / gangguan perinatal
·
Faktor psikososial, misalnya : kurangnya stimulasi
sosial, bahasa dan intelektual kehidupan keluarga yang tidak harmonis sering
berganti pengasuh dan tidak adekwat
b.
Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan
komunikasi, serta aktivitas dan inat yang terbatas (Johnson, 1997).
Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik
diri dari hubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan respon
yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan
tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan
memukul-mukulkan kepala)
c. Gangguan
perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan
fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmetika, bahasa, dan
artikulasi verbal.
2. Defisit perhatian dan
gangguan perilaku disruptif
a. Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV,
ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di sekolah dan di rumah) dan
terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
b. Gangguan
perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disruptif, dan kesengajaan untuk
tidak patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan sosial. Sebagian besar
nak-anak dengan gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan
kepribadian antisosial setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anak-anak
dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri,
membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaran, bentuk vandalisme yang
lain, jahat terhadap binatang, dan serangan fisik terhadap orang lain.
c. Gangguan
penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi
perilaku yang kurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar
hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku.
Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti
berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan
menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya).
3.
Gangguan ansietas sering terjadi pada masa
kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke masa dewasa.
a. Gangguan
obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi pada
anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada orang
dewasa.
b. Gangguan
ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai
dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya.
Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan somatik, ansietas
berat terhadap perpisahan dan khawatir tentang adanya bahaya pada orang-orang
yang mengasuhnya.
4.
Skizofrenia
a. Skizofrenia
anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejalanya dapat
menyerupai gangguan pervasif, seperti autisme. Walaupun penelitian tentang
skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku yang khas
(Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik
diri secara sosial, dan komunikasi.
b. Skizofrenia
pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama masa remaja akhir
sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa. Gejala awalnya
meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-hari, isolasi sosial, sikap
yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku yang
tidak disadarinya.
5.
Gangguan mood
a.
Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak
dan remaja dibanding pada orang dewasa (Keltner,1999). Prevalensi pada anak-anak
dan remaja berkisar antara 1% sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi
gangguan bipolar (jenis manik) pada anak-anak masih kontroversial. Prevalensi
penyakit bipolar pada remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak
sama dengan yang diobservasi pada orang dewasa.
b.
Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan
faktor resiko yang serius untuk bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian
utama ketiga pada individu berusia 15 sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya untuk
bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku
keras atau sangat memberontak, menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak
biasanya mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah menurun,
membolos, melarikan diri, keletihan berlebihan dan keluhan somatik, respon yang
buruk terhadap pujian, ancaman bunuh diri yang terang-terangan secara verbal,
dan membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah (Newman, 1999).
6.
Gangguan penyalahgunaan zat.
a. Gangguan
ini banyak terjadi; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan penyalahgunaan
zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat terlarang lebih tinggi
pada anak laki-laki dibanding perempuan. Risiko terbesar mengalami gangguan ini
terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Pada remaja,
perubahan penggunaan zat menjadi ketergantungan zat terjadi lebih cepat;
misalnya, pada remaja penggunaan zat dapat berkembang menjadi ketergantungan
zat dalam waktu 2 tahun sedangkan pada orang dewasa membutuhkan waktu antara 15
sampai 20 tahun.
b. Komorbiditas
dengan gangguan psikiatrik lainnya merupakan hal yag banyak terjadi, termasuk
gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku disruptif.
c. Tanda
bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan fungsi
sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku menjadi
agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan kepribadian dan
toleransi yang rendah terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang
juga menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.
C. Etiologi Gangguan
Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja
Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan mental pada anak-anak dan
remaja. Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan
faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks.
1. Faktor-faktor
psikobiologik
a. Riwayat
genetika keluarga, seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak,
gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas.
b. Abnormalitas
struktur otak. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan
perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia
kanak-kanak, dan ADHD.
c. Pengaruh
pranatal, seperti infeksi maternal, kurangnya perawata pranatal, dan ibu yang
menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan saraf
yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam terjadinya
retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
d. Penyakit
kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
2.
Dinamika keluarga
a.
Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus
dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat
(terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan
dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan
belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
b.
Disfungsi sistem keluarga (mis., kurangnya sifat
pengasuhan, komunikasi yang buruk, kurangnya batasan antar generasi, dan
perasaan terjebak) disertai dengan keterampilan koping yang tidak adekuat
antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
3.
Faktor lingkungan
a.
Kemiskinan. Perawatan pranatal yang tidak
adekuat, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat
pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan
dan perkembangan normal anak.
b.
Tunawisma. Anak-anak tunawisma memiliki berbagai
kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan
kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak
tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
c.
Budaya keluarga. Perilaku orang tua yang secara
dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya
anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
D. Penatalaksanaan Gangguan
Psikiatrik pada Anak-anak dan Remaja.
1.
Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih banyak
terdapat pada managed care.
a.
Pencegahan primer melalui berbagai program
sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program intervensi dini bagi
orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan
pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
b.
Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus
secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga
tindakan yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling
individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas,
layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik,
konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
c.
Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan
melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus
untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang
normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak
dalam mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.
d.
Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting
untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan
guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota keluarga.
2.
Pengobatan berbasis rumah sakit
a.
Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja,
terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasana diberikan
untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang restriktif,
atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya
sendiri ataupun orang lain.
b.
Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan
program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
khusus anak yang menderita penyakit jiwa.
c.
Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku
disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini
dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran
respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-out),
penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk
mencegah memburuknya perilaku.
3.
Farmakoterapi. Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi
psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena
memiliki efek samping yang beragam.
a.
Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja
memengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi
psikotropik.
b.
Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada
anak-anak dapat memengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil
yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik.
E.
Tinjauan Proses Keperawatan Gangguan Psikiatrik pada
Anak-anak dan Remaja
1.
Pengkajian.
a.
Kaji kembali riwayat klien untuk adanya hal-hal
yang mencetuskan stressor atau data yang signifikan, antara lain riwayat
keluarga, peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan
kesehatan jiwa, riwayat masalah fisik dan psikologis serta pengobatannya.
b.
Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan
bandingkan dengan alat standar, seperti The Developmental Screening Test dan versi
yang sudah direvisi (Wong, 1997).
c.
Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai
bagi anak atau remaja.
d.
Lakukan pemeriksaan fisik pada anak atau remaja,
catat data normal atau abnormal.
e.
Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan
gangguan pada anak-anak atau remaja. Pastikan untuk mengkaji interaksi
langsung, observasi permainan, dan interaksi dengan keluarga dan teman sebaya.
f.
Identifikasi bukti gangguan kognitif.
g.
Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood.
h.
Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga.
2.
Diagnosis keperawatan
a.
Hambatan komunikasi verbal
b.
Koping individu tidak efektif
c.
Koping keluarga tidak efektif
d.
Perubahan proses keluarga
e.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
f.
Resiko tinggi gangguan hubungan orangtua dengan
anak
g.
Gangguan harga diri
h.
Hambatan interaksi social
i.
Gangguan proses berfikir
j.
Resiko kekerasan terhadap diri sendiri/orang
lain
3.
Intervensi
a.
intervensi umum
·
Bentuk rasa saling percaya
·
Dengarkan secara aktif, tunjukkan perhatian dan
dukungan
·
Tingkatkan komunikasi yang jelas, jujur, dan
langsung
·
Tempatkan diri sebagai pihak yang netral, jangan
memihak orang tua atau anak
·
Dukung kelebihan klien dan keluarga
·
Gunakan model kognitif untuk menjelaskan
hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku
·
Berpartisipasi dalam rencana pengobatan di unit
rawat inap
·
Perkuat secara positif perilaku yang dapat
diterima
·
Berpartisipasi dalam terapi bermain, biarkan
anak mengekspresikan dirinya melalui permainan imajinatif
·
Bekerjasama dengan keluarga klien, sekolah, dan
tim kesehatan jiwa
·
Anjurkan digunakannya kelompok pendukung
masyarakat bagi klien dan keluarga
·
Anjurkan pada keluarga tentang cara menjaga
kesehatan emosi anak melalui penyuluhan klien dan keluarga
·
Penyuluhan keluarga dengan anak atau remaja yang
menderita gangguan mental dapat dilakukan dengan memberikan informasi umum
tentang gangguan tersebut, ajarkan pada orangtua tentang cara menjaga
kesejahteraan emosi anak, dan beritahu orangtua tentang kelompok pendukung
komunitas yang tersedia untuk masalah spesifik yang dialami anak atau keluarga
b.
Untuk anak atau remaja dengan gangguan perkembangan pervasive
·
Ciptakan lingkungan yang aman, dan bantu
orangtua untuk melakukannya juga di rumah
·
Bantu orangtua mengurangi perasaan bersalah dan
menyalahkan atas apa yang mereka alami
·
Pertahankan konsistensi pengasuh anak di rumah
sakit, sekolah, dan rumah
·
Bantu orangtua dan saudara kandung anak dalam
mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaannya, berbagai hal dan masalah yang
berkaitan dengan tinggal bersama anak yang menderita gangguan serius
·
Alihkan perhatian anak bila ansietasnya meningkat
dan perilakunya memburuk
·
Berikan benda-benda yang dikenal anak
c.
Untuk anak atau remaja dengan ADHD
·
Berikan medikasi stimulan di pagi hari guna
memaksimalkan efektivitasnya untuk kegiatan di siang hari
·
Bantu keluarga menggunakan manipulasi lingkungan
untuk mengurangi stimulus guna mengendalikan perilaku
·
Bantu keluarga menyusun jadwal yang tetap untuk
makan, tidur, bermain, dan mengerjakan tugas sekolah
·
Bekerjasama dengan sekolah, keluarga, dan tim
kesehatan jiwa untuk memastikan penempatan ruang kelas yang sesuai
d.
Untuk anak atau remaja dengan gangguan perilaku atau
gangguan penyimpangan oposisi
·
Buat batasan-batasan yang tegas, jelas, dan
konsisten tentang konsekuensi atas perilaku yang tidak dapat diterima
·
Bantu orangtua menentukan dan mempertahankan batasan
yang telah ditetapkan
·
Berikan umpan balik positif atas perilaku yang
baik
·
Dorong klien mengekspresikan kemarahannya dengan
sikap verbal yang tepat
·
Gunakan latihan fisik dan aktivitas untuk
membantu anak menyalurkan kelebihan energi yang muncul karena peningkatan
ansietas atau kemarahan
·
Catat tanda-tanda perburukan perilaku dan dan
lakukan intervensi segera
e.
Untuk anak atau remaja dengan gangguan ansietas
·
Pertahankan sikap tenang bila klien dan orangtua
mengalami peningkatan ansietas
·
Ajarkan pada klien tindakan koping untuk
mengatasi ansietas
·
Gunakan strategi kognitif dalam mendiskusikan
tentang ketakutan-ketakutan yang dirasakan klien, dengan mengemukakan realitas
yang ada
·
Bantu klien segera kembali ke sekolah dengan
dukungan dari keluarga, bila terjadi ansietas akibat perpisahan
f.
Untuk anak atau remaja dengan gangguan mood
·
Ajarkan pada klien dan keluarganya tentang
gangguan mood, penyebab, gejala, dan pengobatannya
·
Fokuskan pada tindakan meningkatkan harga diri
·
Gunakan tindakan kognitif dalam mengatasi
perasaan dan pikiran negative
·
Pertahankan sikap yang penuh harapan
·
Gunakan tindakan kewaspadaan terhadap bunuh diri
bagi klien yang berisiko melakukannya
g. Untuk anak atau remaja
dengan gangguan penyalahgunaan zat
·
Ajarkan pada klien dan keluarganya tentang
zat-zat tersebut dan dampaknya terhadap kesejahteraan fisik dan psikologis
·
Anjurkan klien dan keluarganya untuk menghadiri
kelompok swadaya, misalkan alcoholic anonymous
·
Perkuat sikap penuh harapan bahwa klien dapat
mencapai dan mempertahankan keadaan bersih tanpa penyalahgunaan
·
Ajarkan tindakan koping untuk mengatasi perasaan
dan situasi yang tidak nyaman
4. Evaluasi hasil
Perawat menggunakan kriteria hasil
berikut ini untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan yang dilakukan.
a.
Klien dan keluarganya menunjukkan perbaikan
keterampilan koping
b.
Klien mengendalikan perilaku impulsifnya
c.
Klien menunjukkan stabilitas mood yang normal
d.
Klien berpartisipasi dalam program penyuluhan sesuai
kemampuan
e.
Klien dan keluarganya berpartisipasi dalam program
pengobatan dan menerima rujukan komunitas
f.
klien berinteraksi secara sosial dengan kelompok teman
sebaya
0 komentar:
Posting Komentar