18.09 -
Keperawatan Medikal Bedah
2 comments
Tipoid
OLEH
GLORIA
BETSY ALFATINA
MARUTA
WIJAYA
DIII
KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal
Bedah dengan judul TIPOID FEVER
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah sebagai syarat untuk memenuhi
kriteria penilaian. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa referensi buku
maupun internet. Dan makalah ini berisikan tentang pengertian TIPOID FEVER,
etiologi,gejala, faktor resiko, patofisiologi, penatalaksanaan, dan asuhan
keperawatan TIPOID FEVER.
Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca agar mereka dapat mengetahui dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang TIPOID FEVER. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik sangat kami harapkan.
Malang, 14 Agustus 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................................ 1
KATA
PENGANTAR............................................................................. 2
DAFTAR
ISI............................................................................................. 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................. 4
B. Rumusan
Masalah............................................................ 4
C. Tujuan
............................................................................. 5
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Anatomi system percernaan............................................. 5
B.
Pengertian tipoid fever.................................................... 12
C.
Etiologi
Tipoid fever........................................................ 12
D.
Patofisiologi..................................................................... 13
E.
Menifestasi
klinis ............................................................ 14
F.
Pemeriksaan
diagnostik................................................... 15
G.
Penularan ........................................................................ 16
H.
Pencegahan ..................................................................... 16
I.
Penatalaksanaan Medis.................................................... 18
J.
Asuhan Keperawatan....................................................... 18
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................... 24
B.
Saran................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam
masyarakat penyakit ini dikenal dengan istilah tipes atau typhus. Sementara
dalam dunia kesehatan disebut tipoid fever atau demam tipoid. Tipes sering juga
disebut dengan typhus abdominalis karena berhubungan dengan usus pada perut.
Typhus abdominalis sendiri adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari tujuh hari,gangguan pada saluran
cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak
usia 12-13 tahun (70-80%),namun juga banyak dijumpai pada usia 30-40 tahun
(10-20%) dan diatas usia 12 atau 13 tahun,yakni sebanyak 5-10% (arif
mansjoer,1999)
B. RUMUSAN
MASALAH
·
Bagaimana anatomi fisiologi system
pencernaan pada manusia?
·
Apa definisi tipoid fever?
·
Apa etiologidari tipoid fever?
·
Bagaimana patofisiologi tipoid fever?
·
Apa saja manifestasi klinik tipoid
fever?
·
Bagaiman cara penularan tipoid fever?
·
Bagaimana pencegahan tipoid fever?
·
Bagaimana penatalaksanaan tipoid fever?
·
Bagaiman asuhan keperawatan tipoid
fever?
C. TUJUAN
·
Bagaimana anatomi fisiologi system
pencernaan pada manusia?
·
Apa definisi tipoid fever?
·
Apa etiologidari tipoid fever?
·
Bagaimana patofisiologi tipoid fever?
·
Apa saja manifestasi klinik tipoid
fever?
·
Bagaiman cara penularan tipoid fever?
·
Bagaimana pencegahan tipoid fever?
·
Bagaimana penatalaksanaan tipoid fever?
·
Bagaiman asuhan keperawatan tipoid
fever?
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A.
ANATOMI
FISIOLOGI
1.
Mulut
Di
dalam mulut terdapat gigi,lidah,dan kelenjar pencernaan.organ organ percernaan
ini berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanisme dban kimiawi.
a.
Gigi
Gigi manusia terdiri dari gigi
seri,taring dan graham.gigi sberi terletak di depan berbentuk sperti kapak,yang
mempunyai fungsi untuk memotong makanan,disamping gigi terdapat gigi taring.
Gigi taring ini berbentuk runcing dan berguna untuk merobek makanan. Di
belakang gigi taring terdapat gigi geraham yang mempunyai fungsi untuk
menghaluskan makanan
1.
Anatomi Gigi
Setiap
gigi tersusun atas bagian-bagian berikut
·
Puncak gigi atau mahkota gigi yaitu
bagian yang tampak dari luar
·
Leher gigi yaitu bagian gigi yang
terlindung di dalam gusi dan merupakan batas antara mahkota dan akar gigi serta
·
Akar gigi yaitu bagian gigi yang
tertanam di dalam rahang
2.
Lapisan-lapisan gigi terdiri dari email,
tulang gigi, semen gigi dan rongga gigi.
·
Email merupakan lapisan yang keras pada
puncak gigi. Email berfungsi melindungi tulang gigi. Jika email rusak maka gigi
akan rusak pula.
·
Tulang gigi yang terbuat dari dentin.
Dentin ini berupa jaringan berwarna kekuningan
·
Semen gigi merupakan lapisan yang
melindungi akar gigi. Semen gigi sering disebut juga sementum.
·
Rongga gigi merupakan ruang / rongga di
bagian dalam gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah. Lubang yang dalam pada
gigi dapat mencapai rongga gigi sehingga menimbulkan nyeri.
3.
Susunan Gigi
Gigi manusia mulai tumbuh sejak bayi berumur
6-26 bulan. Gigi pada anak-anak disebut gigi susu atau sulung. Setelah anak berumur
6-14 tahun gigi susu tanggal satu per satu dan di ganti dengan gigi tetap. Gigi
tersusun berderet pada rahang atas dan bawah. Gigi susu berjumlah 20 buah,
terdiri atas gigi seri 8 buah, gigi taring 4 buah dan gigi geraham 8 buah. Gigi
tetap pada orang dewasa berjumlah 32 buah, yang terdiri dari gigi seri 8 buah,
gigi taring 4 buah, gigi geraham 8 buah dan gigi geraham belakang 12 buah
b. Lidah
Lidah berguna untuk membantu letak
makanan didalam mulut serta mendorong makanan masuk ke kerongkongan. Selain
itu, lidah juga berfungsi untuk mengecap atau merasakan makanan. Pada lidah,
terdapat bagian yang lebih peka terhadap rasa-rasa tertentu seperti asin,
masam, manis dan pahit.
c. Kelenjar
Ludah
Ludah dihasilkan
oleh 3 pasang kelenjar ludah yakni kelenjar ludah parotis, kelenjar ludah
rahang bawah dan kelenjar ludah bawah lidah. Ludah yang dihasilkan kemudian
dialirkan melalui saluran ludah yang bermuara ke dalam rongga mulut. Ludah
mengandung air, lendir, garam dan enzim ptialin. Enzim ptialin berfungsi
mengubah amilum menjadi gula yaitu maltose dan glukosa.
2. Kerongkongan
Dari
mulut, makanan masuk ke kerongkongan. Kerongkongan merupakan saluran panjang
sebagai jalan makanan dari mulut ke lambung. Panjang kerongkongan kurang lebih
20 cm dengan diameter kurang lebih 2 cm. kerongkongan dapat melakukan gerakan
melebar, menyempit, bergelombang dan meremas-remas untuk mendorong makanan
masuk ke lambung. Gerak ini demikian disebut gerak peristaltik. Di esophagus
makanan tidak mangalami proses pencernaan.
Di
sebelah depan kerongkongan, terdapat saluran pernapasan yang disebut trakea.
Trakea ini berfungsi menghubungkan rongga hidung dengan paru-paru. Pada saat
kita menelan makanan, ada tulang rawan yang menutup lubang ke tenggorokan.
Bagian tersebut dinamakan epiglotis yang mencegah masuknya makanan masuk ke
paru-paru.
3. Lambung
Lambung
merupakan suatu kantong yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri, di
bawah sekat rongga badan. Lambung dapat dibagi menjadi 3 daerah, yaitu daerah
kardia, fundus, pilorus. Berikut penjelasan untuk masing-masing bagian.
·
Kardia adalah bagian atas bisa di
ibaratkan sebagai daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan.
·
Fundus adalah bagian tengah yang
bentuknya membulat
·
Pilorus adalah bagian bawah daerah yang
berhubungan dengan usus 12 jari
Lambung
mempunyai 2 otot lingkar yaitu otot lingkar kardia dan otot lingkar pilorus.
Otot lingkar kardia terletak dibagian atas dan berbatasan dengan bagian bawah
kerongkongan adalah untuk mencegah makanan dari lambung agar tidak kembali ke
kerongkongan dan mulut. Oto lingkar pilorus hanya terbuka apabila makanan telah
tercerna di lambung. Di dalam lambung makanan di cerna secara kimiawi.
4. Usus
Halus
Usus halus
merupakan saluran pencernaan terpanjang yang terdiri dari 3 bagian yaitu usus
12 jari, usus kosong dan usus penyerapan.
a. Usus
12 jari
Bagian
usus ini disebut usus 12 jari karena panjangnya sekitar 12 jari yang saling
berjajar secara paralel. Di dalam dinding usus 12 jari terdapat muara saluran
bersama dari kantong empedu yang berisi empedu. Cairan yang dihasilkan oleh
hati ini berhuna untuk mengemulsikan lemak. Empedu berwarna kehijauan dan
berasa pahit.
Pankreas
terletak di bawah lambung dan menghasilkan getah pankreas. Getah pankreas ini
mengandung enzim amilase, tripsinogen, dan lipase. Amilase mengubah zat tepung
menjadi gula. Tripsinogen merupakan enzim yang belum aktif namun dapat
diaktifkan terlebih dahulu oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh usus
halus.
Enzim
enterokinase mengubah tripsinogen menjadi tripsin yang aktif. Tripsin mengubah
protein menjadi peptide dan asam amino. Lipase mengubah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol. Zat-zat hasil pencernaan tersebut mudah terserap oleh
dinding usus melalui proses difusi dan osmosis. Zat-zat yang belum teruraikan
dapat memasuki membrane sel usus melalui transport aktif.
b. Usus
Kosong
Panjang
usus kosong antara 1,5 sampai 1,75 m. di dalam usus ini, makanan mengalami
pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Usus kosong
menghasilkan getah usus yang mengandung lendir dan bermacam-macam enzim.
Enzim-enzim tersebut dapat memecah molekul makanan menjadi lebih sederhana. Di
dalam usus ini, makanan menjadi bubur yang lumat dan encer.
c. Usus
penyerapan
Usus
penyerapan panjangnya antara 0,75 sampai 3,5 m. di dalam usus inilah terjadi
proses penyerapan sari-sari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh
jonjot-jonjot usus atau vili. Jonjot usus inilah yang menyebabkan permukaan
ileum menjadi luas, sehingga proses penyerapan sari makanan dapat berjalan
baik. Penyerapan sari makanan oleh usus halus disebut absorpsi.
Makanan
yang mengalami pencernaan secara kimiawi adalah karbohidrat, protein, dan
lemak. Hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah glukosa, protein menjadi asam
amino, dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Vitamin dan mineral tidak
mengalami proses pencernaan. Glukosa, asam amino, vitamin dan mineral masuk ke
dalam pembuluh darah kapiler yang ada dalam jonjot usus. Sari makanan dialirkan
bersama makanan melalui pembuluh darah menuju hati. Glukosa sebagian disimpan
dalam hati dalam bentuk glikogen yang tidak larut dalam air.
Sebagian
sari makanan yang lain diedarkan ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah.
Asam lemak dan gliserol diangkut melalui pembuluh kil, Karena ukuran molekulnya
cukup besar. Pembuluh kil adalah pembuluh limfa atau pembuluh getah bening yang
ada di daerah usus. Selanjutnya, pembuluh kil ini akan bergabung dengan
pembuluh kil lainnya sebelum akhirnya bermuara pada pembuluh getah bening di
bawah tulang selangka.
5. Usus
Besar, Rektum, dan Anus
Usus
besar atau kolon merupakan kelanjutan dari usus halus. Panjang usus besar lebih
kurang satu meter. Batas antara usus halus dengan usus besar disebut sekum
(usus buntu). Usus buntu memiliki tambahan usus yang disebut umbai cacing
(apendiks). Peradangan pada usus tambahan tersebut dinamakan apendistis dan
sering disebut sebagai “sakit usus buntu”. Usus besar terdiri atas bagian usus
yang naik, mandatar dan menurun.
Fungsi
utama usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan. Jika kadar air yang
terkandung dalam sisa makanan berlebihan, kelebihan air ini akan diserap oleh
usus besar. Sebaliknya, jika sisa makanan kekurangan air, maka akan diberi
tambahan air.
Di
dalam usus besar, terdapat bakteri pembusukan Escherichia Coli yang berperan
membusukkan sisa makanan menjadi kotoran. Dengan demikian, kotoran menjadi
lunak dan mudah dikeluarkan. Bakteri ini pada umumnya tidak menggangu kesehatan
manusia, bahkan ada beberapa jenis yang menghasilkan vitamin K dan asam amino
tertentu yang berguna bagi manusia.
Bagian
akhir usus besar disebut poros usus (rektum). Panjang rektum ini lebih kurang
15 cm dan bermuara pada anus. Anus mempunyai dua macam otot, yaitu otot tak
sadar dan otot sadar. Pada saat makanan sampai direktum, semua zat yang berguna
telah diserap ke dalam darah, sedangkan sisanya berupa makanan yang tidak dapat
dicerna, bakteri, dan sel-sel mati dari salurann pencernaan makanan. Campuran
bahan-bahan tersebut dinamakan feses. Berbagai panyakit dapat masuk ke tubuh
melalui sistem pencernaan makanan. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesehatan
makanan harus dijaga
B.
DEFINISI
·
Tipes atau typhus adalah penyakit
infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang pada aliran darah yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. (M.ardiasyah,2012)
·
Demam tipoid adalah infeksi akut pada
saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi (Widoyono,2008)
·
Demam tipoid atau sering disebut dengan
tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluranpencernaan yang
berpotensi menjadi multisistemik yang disebabkan oleh Samonella Typhi. (Arif
Muttaqin.2011)
C.
ETIOLOGI
Penyebab
penyakit ini adalah kuman salmonella typhi, salmonella para typhii A, dan
salmonella paratyphii B. Wujudnya berupa basil gram negative, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen (antigen O, H,
dan VI). Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutunin) terhadap ketiga macam
antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada
suhu 15-41 0C (optimum 37 0C) dan pH pertumbuhan 6-8.
D.
Gangguan pemebentukan eritrosit
oleh sumsum tulang. Penghancuran eritrosit dan lekosit endotoksin
|
Kuman salmonella typhi yang masuk
ke saluran gastrointestinal
|
Ketidakseimbangan nutrisi
|
Gangguan aktivitas sehari-hari
|
Mual,muntah, anoreksia, penurunan
motilitas
|
Respon imflamasi sistemik
|
Terbentuknya nekrosis dan tukak
di ileum
|
Sensitivitas serabut saraf lokal
al
|
Distensi, ketidaknyaman abdomen
|
Nyeri
|
Respons
inflasi RES
|
Splenomegali dan hepatomegali
|
Kelemahan fisik umum,malaise,
kram otot, penurunan turgor,
|
Ke system muskuloskeletal dan
integumen
|
Penyebaran kuman ke saluran
limfatik dan sirkulasi darah sistemik
|
Ke system saraf pusat
|
Meningitis ensefalopati
|
Nyeri kepala perubahan kesadaran
(apatis, delirium, halusinasi)
|
Invaginasi ke jaringan limfoid
usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid menseterika
|
Invasi system retikulo endoteleal
(RES)
|
Demam tipoid
|
Penurunan imunitas
|
Kecemasan pemenuhan informasi
|
Respon
psikososial
|
Anemia,lekopenia
|
Perforasi terjadi pada tukak yang
menembus serosa
|
Hipertermi
|
Tidak adekuatnya asupan nutrisi
|
Respon inflamasi lokal intestinal
|
peritonitis
|
1. Kuman
masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella
(biasanya lebih dari 10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh
asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respons imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus
sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju Lamina propia dan berkembang biak
di jaringan limfoid plak penyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
mesentrika.
2. Jaringan
limfoid plak penyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hyperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotlial tubuh, terutama
hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3. Hati
membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).
Di organ ini, kuman S. typhi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia kedua disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas
vaskuler, dan gangguan mental koagulasi)
4. Pendarahan
saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak penyeri yang
sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia.
Proses patalogis ini dapat berlangsung hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Enotoksin basil
menempel direseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkna komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskular, pernapasan, dan gangguan organ
lainnya.
Pada minggu pertam timbulnya penyakit, terjadi
hyperplasia (pembesar sel-sel) plak penyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis
pada minggu kedua dan ulserasi plak penyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya,
dalam minggu keempat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan
sikatriks (jaringan parut).
E.
MANIFESTASI
KLINIK
Gejala
klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah
empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, masa tunas terlama
berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi,
mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-gejala
klinis sebagai berikut:
1. Demam
Demam berlangsung
selama tiga minggu, bersifat febris remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak
terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu berangsur-angsur meningkat,
biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada
minggu kedua, penderita terus demam dan pada minggu ketiga demam penderita
berangsur-angsur normal.
2. Gangguan
pada Saluran Pencernaan
Napas berbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung
dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada
perabaan.
3. Gangguan
Kesadaran
Kesadaran menurun,
walaupun tidak terlalu merosot, yaitu apatis sampai samnolen atau somnolence
(keinginan untuk tidur dan terus tidur). Di samping gejala-gejala tersebut,
pada punggung dan anggota gerak juga dijumpai adanya roseola, yaitu
bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit.
F.
UJI
DIAGNOSTIK
Untuk
menegakkan diagnosis penyakit tipoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
yang mencakup pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan
darah tepi
·
Terdapat gambaran leucopenia
·
Limfosistosis relative
·
Amesinofila pada permulaan sakit
·
Mungkin terdapat anemia dan
trombositopeniaringan
b. Pemeriksaan
widal
Uji
Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella
typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
·
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O
yang berasal dari tubuh bakteri
·
Aglutinin H: karena rangsangan antigen H
yang berasal dari flagela bakteri
·
Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen
Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya
aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi
titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto,
2001)
c. Pemeriksaan
darah untuk kultur (biakan empedu
G.
PENULARAN
Prinsip
penularan penyakit ini adalah fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin
penderita atau bahkan carier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk
kedalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Kontaminasi dapat terjadi juga
terjadi pada sayuran mentah dan buah-buahan yang pohonnya dipupuk dengan
kotoran manusia. Vector berupa serangga (antara lain lalat) juga berperan dalam
penularan penyakit.
H.
PENCEGAHAN
Kebersihan
makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoi. Merebus air
minum dan makanan sampai mendidih sangat
membantu. Sanitasi lingkungan,termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna
untuk mencegah penyakit. Secara lebih detail,strategi pencegahan demam tipoid
mencangkup hal-hal berikut:
1. Penyediaan
sumber air minum yang baik
2. Penyediaan
jamban yang social
3. Sosialisasi
budaya cuci tangan
4. Sosialisasi
budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5. Pemberantasan
lalat
6. Pengawasan
kepada penjual makanan dan minuman
7. Sosialisasi
pemberian ASI pada ibu menyusui
8. Imunisasi
Imunisasi pencegahan tifoid termasuk dalam
pengembangan imunisasi yang dianjurkan di Indonesia. Akan tetapi,program ini masih belum biderikan
secara gratis karena keterbatasan sumber daya peemerintahan Indonesia. Oleh
sebab itu, orangtua harus membayar biaya imunisasi untuk anaknya. Jenis vaksin
yang tersedia adalah:
1. Vaksin
parenteral utuh
Berasal dari sel S.
Typhi utuh yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1 miliar kuman.
Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalah 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun0,25 cc,dan
dewasa 0,5 cc. Dosis diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Karena efek
samping dan tingkat perlindungannya yang pendek,vaksin jenis ini sudah tidak
beredar lagi.
2. Vaksin
oral Ty21a
Ini adalah vaksin oral
yang mengandung S.Typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan pada usia minimal
6 tahun dengan dosis kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu,menurut laporan
vaksin ini bertahan selama 5 tahun.
3. Vaksin
parenteral polisakarida
Vaksin ini berasal dari
polisa Sakarida Vi dari kuman Salmonella. Vaksin diberikan secara parenteral
dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis
ulangan setiap 3 tahun. Lama perlindungan sekitar 60-70%. Jenis vaksin ini
menjadi pilihan utama karena relative paling aman.
I.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari penyakit ini dapat dibedakan
menjadi tiga bagian seperti berikut:
1. Perawatan
·
Tirah baring total sampai minimal tujuh
hari bebas demam tau kurang lebih selama 14 hari.
·
Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam
sekali untuk mencegah dekubitus ( luka pada kulit,akibat penekanan yang terlalu
lama,ulkus kulit,bedsores akibat terlalu lama berbaring ditempat tidur pada
satu sisi tubuh tertentu).
·
Mobilisasi sesuai dengan kondisi
2. Diet
·
Makanan diberikan secara bertahap sesuai
dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air,lalu makanan lunak, dan kemudian
makanan biasa)
·
Makanan yang mengandung cukup
cairan,TKTP
·
Makanan harus mengandung cukup
cairan,kalori dan tinggi protein,tidak boleh mengandung banyak serat,tidak
merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
3. Pengobatan
·
Pemberian obat antibiotik
·
Pemberian obat antipiretik
·
Pemberian obat antiemetik
J.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
·
Riwayat kesehatan sekarang:
Tanyakan mengapa pasien
masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien,sehingga dapat ditegakkan
prioritas masalah yang muncul.
·
Riwayat kesehatan sebelumnya:
Apakan pasien pernah
dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit yang lain dan berhubungan
dengan system pencernaan,sehingga menyebabkan tipoid.
·
Riwayat tumbuh kembang (jika pada pasien
anak)
·
Pemeriksaan fisik:
a. Aktivitas/istirahat
: kelemahan,malaise,kelelahan,cepat lelah,insomnia karena tidak diare dan
kecemasan.
b. Sirkulasi
: takikardi (respon pada demam,dehidrasi,proses imflamasi dan nyeri),kemerahan.
c. Entegritas
ego: ansietas,emosi labil
d. Eliminasi:
tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk lunak,baud an berair.
e. Pola
makan: anoreksia,mual-muntah,penurunan berat badan
f. Hygiene:
tidak mampu dalam mempertahankan perawatan diri
g. Integument:
turgor buruk,kulit kering,lidah kotor
h. Abdomen:
nyeri tekan,hepatomegali,splenomegali
·
Pemeriksaan diagnostic
2. Diagnosa
·
Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi
·
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual muntah
·
Resiko tinggi cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu
tubuh
·
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan
·
Kurangan perawatan diri berhungan dengan
bedrest total
3. Rencana
tindakan
Diagnosa
1 : Hipertermi berhubungandengan
proses infeksi
Tujuan
: Setelah dilakukan
tindakan keparawatan 1 x 24 jam hipertermi dapat teratasi.
Kriteria
hasil :
·
Pasien mampu menjelaskan kembali
pendidikan kesehatan yang diberikan
·
Pasien mampu termotivasi untuk melaksanakan
penjelasan yang telah diberikan
Intervensi:
1. Evaluasi
tanda-tanda vital
Rasional:
Sebagai pengawan
terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat dilakukan
penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat
2. Lakukan
tirah baring total
Rasional:
Penurunan aktifitas
akan menurunkan laju metabolism yang tinggi pada fase akut,dengan demikian
membantu menurunkan suhu tubuh
3. Atur
lingkungan yang kondusif
Rasional:
Kondisi ruang yang
tidak panas,tidak bising,dan sedikit pengunjung memberikan efektifitas terhadap
proses penyembuhan.
4. Berikan
kompres hangat pada daerah aksila,lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.
Rasional:
Kompres hangat member
efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan tubuh
5. Anjurkan
keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat
seperti kain katun
Rasional:
Pakaian yang tipis dan
menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek dari evaporasi,sehingga suhu
tubuh perlahan turun
6. Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
Rasional:
Antipiretik bertujuan untuk memblok
respon panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.
Diagnosa
2 : perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungandengan anoreksia dan mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan
tindakankeprawatan 1 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria
hasil :
·
Tidak ada mual dan muntah
·
Nafsu makan meningkat
·
Klien dapat menghabiskan satu porsi
makanan
·
Berat badan meningkat/tetap
Intervensi:
1. Kaji
pola makan dan status pasien
Rasional:
Sebagai dasar tindakan
keparawatan selanjtnya
2. Berikan
makanan yang tidak merangsang (makanan pedas,asam dan mengandung gas)
Rasional:
Makanan yang merangsang
(pedas,asam,mengandung gas) dapat mengakibatkan iritasi pada usus
3. Berikan
makanan lunak selama masa akut (masih ada panas atau suhu tubuh masih lebih
dari normal)
Rasional:
Mencegah iritasi usus
dan perforasi usus
4. Timbang
berat badan pasien setiap hari
Rasional:
Untuk mengetahui
masukan masakan/penambahan berat badan
5. Berikan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya asupan nutrisi yang memadai untuk
system kekebalan tubuh klien
Rasional:
Dengan memberikan
pendidikan kesehatan akan menanbah informasi klien dan agar pasien dapat
bersikap kooperatif
6. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat antemetik dan vitamin
Rasional:
Pemberian obat yang
sesuai indikasi adalah penanganan yang tepat,antiemetik dan vitamin digunakan
sebagai penghilang mual dan penambah nafsu makan klien.
7. Kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberian diet yang tepat
Rasional:
Diet yang tepat dan
sesuia indikasi dapat mempercepatpenyembuhan klien.
Diagnosa 3 : Resiko tinggi cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu
tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawata 1 x 24 jam kebutuhan cairan seimbang
Kriteria hasil :
·
Intake dan output seimbang
·
Tanda-tanda vital dalam batas normal
·
Membrane mukosa lembab
·
Turgor kulit baik
·
Kulit lembab
·
Intervensi:
1. Observasi
tanda-tanda vital setiap 4 jam
Rasional;
Hipotensi,takikardi,dan
demam menunjukan respon terhadap kehilangan cairan
2. Monitor
tanda-tanda kekurangan cairan (turgor kulit buruk,produksi urine
menurun,membrane mukosa kering,bibir pecah-pecah,dan pengisian kapiler lambat)
Rasional:
Tanda-tanda tersebut
menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
3. Anjurkan
klien banyak minum:
Rasional:
Untuk mengganti cairan
yang hilang
4. Timbang
berat badan pasien setiap hari
Rasional;
Berat badan sebagai
indicator kekurangan cairan dan nutrisi
5. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral.
Rasional;
Cairan parenteral digunakan untuk
mempeerbaiki kekurangan volume cairan.
BAB
3
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Demam tipoid adalah penyakit infeksi pada usus halus
yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Gejala penyakit ini
demam,gangguan system pencernaan dan penurunan kesadaran.
B.
SARAN
Demam
tipoid dapat dicegah dengan bebarapa cara,strategi pencegahan demam tipoid
mencangkup hal-hal berikut:
1. Penyediaan
sumber air minum yang baik
2. Penyediaan
jamban yang social
3. Sosialisasi
budaya cuci tangan
4. Sosialisasi
budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5. Pemberantasan
lalat
6. Pengawasan
kepada penjual makanan dan minuman
7. Sosialisasi
pemberian ASI pada ibu menyusui
8. Imunisasi
DAFTAR
PUSTAKA
Muttaqin Arif &
Sari Kumala.2011.Gangguan
Gastrointestinal.Jakarta:Salemba Medika
Ardiansyah M.2012.Medikal Bedah.Jogjakarta:Diva Press
Widoyono.2008.Penyakit Tropis Edisi 1.Jakarta:Penerbit
Erlangga
Widoyono.2011.Penyakit Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit
Erlangga
2 komentar:
tampilan blognya dhek, perlu di perbaiki,ok
siappp....
Posting Komentar