07.16 -
Keperawatan Keluarga
1 comment
Konsep Keluarga Sejahterah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sesuai
dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program Pembangunan jangka
panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan mandiri.
Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung sepanjang masa hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga di mana ia dibesarkan.
Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung sepanjang masa hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga di mana ia dibesarkan.
Pembangunan
masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang menjadi bagian inti
dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis dalam
pembangunan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya.
Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini
yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk
meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan
tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga
dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan
perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup
besar dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut
sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk
masyarakat dan Negara yang sejahtera pula.
B. TUJUAN
·
Mengetahui pengertian sejahtera
·
Mengetahui
faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
·
Mengetahui
tahapan-tahapan kesejahteraan
·
Mengetahui
peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera
·
Mengetahui
masalah dan tindak lanjut
C. RUMUSAN MASALAH
·
Apa yang dimaksud sejahtera?
·
Apa saja
faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan?
·
Bagaimana
tahapan-tahapan kesejahteraan?
·
Bagaimana
peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera?
·
Apa saja
masalah dan bagaimana tindak
lanjutnya?
BAB II
ISI
KONSEP KELUARGA KESEJAHTERAAN
A.
PENGERTIAN SEJAHTERA
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan,
antara lain :”
·
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan
sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011)
·
“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki
hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan
keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara
keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah
dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
B.
FAKTOR – FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN
1.
Faktor intern keluarga
a.
Jumlah anggota keluarga
Pada
zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran
pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah,
saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan
lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah
kecil.
b.
Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan
keluarga. Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan
penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta
menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang
meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan
antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak
memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan
tempat tinggal.
c.
Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang
paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga
dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan
benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota
keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati
dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati,
toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d.
Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan
sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang
pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber
keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup
keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari
menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2.
Faktor ekstern
Kesejahteraan
keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan
ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini
dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor
yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota
keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
·
Faktor
manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
·
Faktor
alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
·
Faktor
ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.
(BKKBN, 1994 : 18-21)
C.
TAHAPAN-TAHAPAN
KESEJAHTERAAN
1.
Keluarga pra sejahtera
Yaitu
keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need)
secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB.
·
Melaksanakan
ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga
·
Pada
umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
·
Seluruh
anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau
berpergian.
·
Bagian
yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
·
Bila
anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran
kesehatan.
2.
Keluarga Sejahtera I
Yaitu
keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada
keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
·
Anggota
keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
·
Paling
kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
·
Seluruh
anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
·
Luas
lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
·
Seluruh
anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
·
Paling
kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
·
Seluruh
anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
·
Seluruh
anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
·
Bila
anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil)
3.
Keluarga Sejahtera II
Yaitu
keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
Pada keluarga
sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n
telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
·
Mempunyai
upaya untuk meningkatkan agama.
·
Sebagian
dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
·
Biasanya
makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
·
Ikut
serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
·
Mengadakan
rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
·
Dapat
memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
·
Anggota
keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.
4.
Keluarga Sejahtera III
Yaitu
keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada
keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan
telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
·
Secara
teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
·
Kepala
keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan
atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
·
Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya
kebutuhan (pangan, sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau
pendapatan yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera
D.
PERAN PERAWAT DALAM PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada
keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap
keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran antara lain :
1.
Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang
segala sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2.
Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam
tentang kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan
penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok dalam
masyarakat.
3. Pendidik
Tujuan utama
dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara
mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar
berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
Apabila
keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam kesehatan,
harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah
perawat berperan sebagai motivator.
5. Penghubung
keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap perawat untuk
memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang
belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih
anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya
masalah kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang
murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini perawat
harus menghubungi sektor terkait.
7. Pemberi
pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan
Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan
pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif',
`preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses
keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan
terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan
secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan
dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan,
bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS
".
8. Membantu
keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan mereka untuk
memenuhi kebutuhan kesehatannya
9. Pengkaji
data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan dapat
dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat
dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi
yang dihadapi.
E.
MASALAH DAN TINDAK LANJUT
Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga
sejahtera masih banyak ditemukan hambatan/masalah antara lain :
a.
Faktor Keluarga :
·
Keluarga menolak kehadiran perawat
·
Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat
·
Adat istiadat
·
Ekonomi
·
Dan lain-lain.
b. Faktor
Perawat
·
Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang
·
Secara kualitas, belum optimal Hal ini terjadi
karena "basic" pendidikan perawat yang berbeda-beda, kemauan menambah
ilmu pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri yang kurang.
·
Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di
desa (PKD) sehingga sering diabaikan oleh masyaakat
·
Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama
Corps ("ESPRIT DE CORPS") yang kurang.
·
Masih ada perawat yang bekerja di luar
wewenangnya sebagai perawat –
·
Dan lain-lain.
Untuk
menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada diri sendiri
(perawat) antara lain :
1. Interospeksi,
yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan kekuatan yang dimiliki,
kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan tantangan apa yang akan dihadapi.
2. Perubahan
perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang keras untuk menambah
ilmu pengetahuan
3. Menunjukkan
"eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan
mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa sesama Corps
4. Dan
yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"
5. Perubahan
pendidikan keperawatan
6. Mentaati
kode etik keperawatan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Secara operasional Kantor Menteri Negara
Kependudukan/BKKBN telah menyusun rumusan kualitas kehidupan keluarga yang
diukur dari tingkat kemampuan setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya. Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut
:
1.
Tahap prasejahtera
2.
Keluarga sejahtera tahap I
3.
Keluarga sejahtera tahap II
4.
Keluarga sejahtera tahapIII
B.
SARAN
Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan
khususnya dalam manajemen keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan
Keperawatan kepada individu, keluarga maupun masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
statistikaterapan.files.wordpress.com/.../pengertian-keluarga-sejahtera...
1 komentar:
pagi mas, saya minat beli blog ini
Posting Komentar